Siapa Bilang Menjadi (C)PNS itu Gampang?
Sella Rachmawati
Calon Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai
Negeri Sipil adalah hal yang kiranya banyak didambakan mayoritas masyarakat
kita. Katanya, PNS adalah pekerjaan yang sudah aman, sudah enak, capaian
tertinggi, terlebih PNS guru banyak waktu luang. So, mau apalagi? Mungkin
sah-sah saja pemikiran seperti itu dan tak ada yang melarang.
Tahun lalu (2018), pemerintah kembali
membuka kesempatan bagi putra-putrinya untuk menjadi CPNS dengan melewati
beberapa tahapan tes. Khusus di Provinsi Jawa Barat terhitung kurang lebih
29.000 yang mendatar namun ada sekitar 1000 formasi yang dibutuhkan, 900-nya
adalah formasi guru. Ini membuktikan bahwa menjadi PNS/ASN masih banyak
peminatnya.
Tanggal 22-30 April lalu Pemerintah
Provinsi Jawa Barat telah melakukan orientasi bagi CPNS, tepatnya di Pusat
Pendidikan Ajudan Jenderal (Pusdikajen) Lembang. Di dalam kegiatan tersebut
para CPNS diberikan pembekalan terkait wawasan nusantara, materi baris-berbaris,
bela diri, juga permainan yang melatih kekompakkan, kedisiplinan, keberanian
dan kejujuran.
Satu hal yang membuat penulis menyimpulkan
bahwa menjadi abdi negara adalah hal yang tidak gampang. Amanah yang diemban
dirasa cukup berat sebenarnya jika setiap CPNS memahaminya. Pertama, amanah
kepada pimpinan, maksudnya amanah yang harus dipertangungjawabkan dari pimpinan
terkait tugas dan fungsi kita sebagai bawahan.
Kedua, amanah
atas diri sendiri, misalnya me-manage waktu sebaik mungkin dalam menyelesaikan
amanah yang oleh pimpinan. Ketiga, amanah kita sebagai hamba Allah di
muka bumi, Khalifah fil ardl. Maksudnya segala apa yang diamanahkan
kepada kita juga adalah amanah yang diberikan Allah. Bisakah kita bertanggung
jawab atasnya?
Hal-hal kecil yang sering terjadi di
lingkungan pegawai negeri kita, misalkan, bermain games online saat waktu kerja, membuka sosial media saat sedang
bekerja, pergi ke mall/pasar, menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan
pribadi dan yang paling parah adalah korupsi termasuk suap menyuap. Sepertinya
ini menjadi hal wajar dan sudah biasa, padahal ini semua sangat tidak baik.
Teringat kisah Sayyidina Umar bin Khattab
ketika menjadi pemimpin mengganti Abu Bakar Ash-Shiddiq, beliau yang tidak mau
memakai lampu dalam ruangannya ketika menerima keluarganya di istana karena hal
itu bukan urusan kenegaraan atau yang menyangkut hal yang dipimpinnya.
Masyaallah.
Sebenarnya, apapun profesimu, di mana pun
kamu menerima amanah, jika kamu mengerti fungsi dari Khalifah fil ardl agaknya
kamu akan meminimalisir dan selalu berusaha menghindar dari hal-hal yang
bernada negatif dan kamu akan melaksanakan amanah itu dengan sungguh-sungguh.
Mari melatih diri untuk selalu amanah di bulan suci, berharap prilaku amanah
ini berlangsung hingga kembalinya kita kepada Yang Memiliki diri.
Wallahu’alam.
sumber gambar: http://sulselekspres.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar